Selasa, 15 Januari 2013

Tugas Geografi

BANTARA KALIONDO

Bantara yang terletak di sekitar jalan Donorejo ini setiap hari padat dengan penduduknya yang sering sekali membuang sampah disitu. Contohnya sering membuang sampah, pempem (kotoran bayi), dan bahkan yang lebih parah adalah tikus (batang tikus) sering sekali masyarakatnya berbuat seperti itu, tetapi Pak RW nya lah yang menyelamatkan, karena Pak RW lah kali ini bisa dibersihkan setiap sebulan sekali. Warganya diajak sama Pak Rw untuk membersihkan karena Pak RW mempunyai pikiran kenapa harus dibersihkan sebulan sekali karena di depan kali ini ada “masjid”. Jadi harus dibersihkan, kalau tidak masyarakatnya yang mau beribadah akan merasa terganggu dan dilarang juga oleh agama. Apabila tempat ibadah kotor, maka tidak sahnya beribadah. Ya begitulah masalah yang ada di kawasan jalan Donorejo


Senin, 10 Desember 2012

motivasi

Hidup adalah pilihan gimana cara kita untuk mensyukiri nikmat yang telah ada

Memberi semangat kepada diri sendiri serta untuk orang lain

berusahalah bersikap baik dan memberi jasa yang positif agar kita mendapat balasan yang setimpal.

Senin, 29 Oktober 2012


Awal Sejarah Muhammadiyah dan NU yang Memilukan adalah Cermin Tokoh-tokoh Umat yang Antagonis

OPINI | 19 February 2011 | 10:28Dibaca: 4871 Komentar: 7 Nihil
Ulah tokoh tokoh umat terkesan lata dan lucu, mereka saling bersaing untuk merebut posisi, gelar dan pangkat, meskipun dengan cara tidak sehat. Di Islam misalnya, banyak juga badut badut bergelar ustad dengan sensasiaonal saling tuding, menyalahkan sikap sikap ustad yang saling berlawanan. Menyudutkan sesamanya adalah modal utama mereka untuk tampil di tengah masyarakat, sekalipun menggadaikan ajaran agama. Prilaku ustad semacam ini terkesan sangat memilukan, karena mereka terbilang sangat dedikatif, padat dengan ilmu berstandar agama.
Contoh tidak kekompakan tokoh tokoh agama misalnya; Muhammadiyah, salah satu ormas islam yang lahir 1912, harus memunculkan gagasan baru dari orang orang bersebrangan, menentang kehadiran Muhammadiyah yang dirasakan kurang familiar dalam membangun Umat, maka lahir NU 1926, menandingi gerak langkah Muhammadiyah, akibatnya tak jarang terjadi diskusi berakhir ricuh dan berdarah. Cukup lama bertahan sikap bermusuhan mereka di berbagai daerah, saling kecam golongan yang bukan versinya adalah sesat. Baru setelah orde baru tumbang, semacam ada titik temu di bidang politik saja, tetapi sebenarnya masih gersang dan tidak mengakar kebawah.
Permusuhan Muncul kembali sebagai oragansi kelompok, ketika Gus Dur tumbang. Persetruan Amin Rais vs gus Dur membawa malapetaka baru bagi muhammadiyah. Sekolah sokolah dan gedung gedung Muhammadiyah di beberapa daerah di hancurkan, hanya karena dendam politik. Mereka menjadi tidak sehat, bertindak diluar batas, menyebut Muhammadiyah setan, kafir dan sebagainya. Sebagai letupan ketidak puasan dengan sikap Pak Amin Rais waktu, di Jawa Timur, Gedung wilayah jawah Timur dihancurkan, hingga banyak sekolah Muhammadiyah yang tutup.
Disisi lain, NU mengeluarkan HUKUM “Bughat” yang harus ditindak dengan kekerasan, akibat dari konsep politik Pak Rais vs Gus Dur itu. “Bughat” artinya pembangkang, pemberontak yang harus dilenyapkan dari bumi Indonesia. Bukan itu saja, bahkan keluar fatwa menghalalkan darah kaum “bughat” .
Sikap itu muncul didasarkan pada fakta sejarah masa lalu, bahwa kedua organisasi itu tak mau membuka dialog. Dalilnya, berapa banyak kalangan ulama diberbagai daerah yang memfatwakan, bahwa Muhammadiyah itu sesat dan kafir, hanya gara gara menolak tahlilah dan menghapus adat kebiasaan yang menjadi bagian agam di NU, seperti upacara tujuh, empat puluh, seratus, seribu hari kematian, hingga berujung pertumpahan darah. Herannya para pemuka di Pusat semua diam membisu, membiarkan arus bawah bertabrakan tanpa kendali, itu sejarah Buram Muhammadiyah dan NU yang mewariskan kecurigaan hingga sekarang.
Berbeda dengan peristiwa Muhammadiyah vs NU waktu itu, kini yang terjadi adalah versi lain yang berdinamika pada individu dan kelompok, bersaing saling mencari pengaruh dan mengorganiser umat dalam wadah wadah Dzikir bersama dengan berbagai atributnya, dan yang bersifat individual, sering melontarkan kritikan diberbagai media TV, bahwa aliran aliran kekerasan itu sangat tidak sesuai dengan Islam, bahkan sering pula menyoroti ilmu orang yang menjadi sasarannya. Misalnya, wah sifulan itu fundamental, orang orang militan yang salah mengetrapkan ilmu agama. Media televisi yang merasa mendapat angin mencoba mengeluarkan tafsir dengan bentuk perbincangan ivestigasi (gaya wartawan) kepada para pembicara yang hadir dalam perbincangan itu.
Ustad ustad yang konon hanya mengecap pendidikan di Universitas agama negeri/IAIN itu yang datang dari berbagai aliran fakultas menjatuhkan vonis bahwa kelompok yang bertentangan dengan disebut tidak toleran dan kaku. Begitulah cermin dari masalalu justru menjadi pemicu munculnya banyak masalah ditengah umat Islam, belum menyadarkan tokoh tokoh umat untuk bisa duduk bersama, bersatu menelaah keyakinan. Apriori dan rasa pesimis merupakan hambatan utama mereka untuk bersatu memikul tanggung jawab agama. Bisakah mereka bersatu?….Kalau NU dan Muhammadiyah itu bisa bersatu menyelesaikan masalah masalah agama dan Umatnya, maka Indonesia tak akan di landa masalah. Karena mereka bercerai berai memahami agama, gaya keduanya telah menjadi tumpuan orang orang yang saling menggali keuntungan dari keduanya, munculnya Persis (Persatuan Islam Bandung), Al-Irsyad, bukan merupakan khazanah bangsa, melainkan cermin retak dari kebangsaan itu sendiri.